Jumat, 28 Januari 2011

Forever Without You


RENDEZVOUS

Setelah sekian lama berhubungan lewat SMS, akhirnya cowok itu ngajak ketemuan juga. Acha jadi gak sabar, apalagi waktu yang ditunggu-tunggu itu tinggal beberapa jam lagi.
Besok pagi, cowok itu ngajak jalan-jalan pagi. Karena rumah mereka gak jauh-jauh amat.
Oke! Sebut saja cowok itu bernama Sony. Senarnya Sony ini cowok kelas XII, yang sudah Acha taksir sejak Acha masuk di SMA Negeri Sembada. Cari informasi sana-sini , akhirnya Acha tau kalau cowok itu bernama Sony. Rumahnya gak jauh dari rumahnya Acha. Dan lumayan banyak juga informasi yang Acha dapat. Seperti: tanggal lahir, nomor handphone, silsilah keluarga, dan masih banyak lagi deh. Sayangnya Acha baru berani memperkenalkan diri saat anak-anak kelas XII udah usai Ujian Nasional.
Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 22.20 wib, tapi Acha belum bisa memejamkan matanya. Padahal besok pagi dia udah ada janji dengan Kak Sony mau lari pagi bareng. Dalam tidurnya pun dia sering terjaga.
Akhirnya karena tidurnya tidak bisa nyenyak, Acha memutuskan untuk bangun karena waktu telah menunjukkan pukul 4 pagi. Dia mempersiapkan segala sesuatunya untuk lari pagi kali ini, karena menurutnya lari pagi kali ini beda dengan lari pagi biasanya..
Baru pukul 5 pagi Acha sudah mondar-mandir kaya setrika di ruang tamu. Di rumahnya itu baru Acha yang bangun, sedangkan ayah, ibu dan adiknya masih terbuai dalam mimpi ( biasalah inikan hari minggu).
Tiba-tiba ada SMS masuk di handphone Acha.

Sender : Sony Sweety.
Met pagi! Dh bngn lom? Jd kan jln2ny? Ak tunggu, d p4an dket rmh mu ya.


Acha pun segera membalasnya.
To : SonYSwEety
Iya Q dah bgn. Bntar lg Q klwr ko. Tunggu y!

Rada ketar-ketir juga perasaan Acha saat melangkahkan kakinya keluar rumah. Maklum ini baru jam 5 pagi coy, masih gelap. Biasanya orang-orang masih pada tidur, apalagi ini hari minggu, pasti orang-orang menambah jam terbang tidurnya.
10 menit kemudian akhirnya Acha sampai di tempat yang ia janjikan. Di sana Kak Sony sudah menunggu. Tapi Acha masih belum bisa melihat wajah tampan Sony. Karena Sony berdiri di tempat yang rada remang-remang.
“Selamat pagi!“  sapa Acha.
“Met pagi! Sudah lama nunggunya?” kata Kak Sony. Acha sedikit merasa aneh dengan pertanyaan itu.
“Kok kamu yang tanya, seharusnya aku yang tanya dong, Dah lama nunggunya?”.
Sony hanya tertawa. Setelah itu tanpa banyak kata lagi, mereka berlari pagi sesuai yang sudah mereka rencanakan. Mereka seperti orang yang sudah lama kenal. Padahal baru 2 minggu yang lalu mereka kenal lewat SMS. Dan setelah itu Sony mengajak ketemuan dengan alasan lari pagi. Tapi ada saja bahan pembicaraan mereka.
Jalanan yang tadinya sepi, mulai banyak orang-orang yang juga lari pagi, di hari Minggu pagi ini. Mentari yang tadinya di bawah bumi, sedikit demi sedikit menampakkan dirinya di ufuk timur. Kendaraan juga mulai berseliweran. Dan akhirnya Acha bisa melihat wajah tampan cowok yang duduk di sampingnya itu. Kulitnya putih terawat, giginya berderet rata dan kelihatan saat Sony tertawa. Sedangkan Acha tubuhnya mungil kulitnya kuning langsat,rambutnya yang panjang terkucir rapi dengan jepet warna biru kesukaannya.
“Besok Rabu pengumuman ujian masuk Universitas, kan?” tanya Acha saat ia duduk bersama Sony, menikmati bubur ayam Pak Salim.
“Iya, kenapa?” tanya Sony sambil masih menikmati bubur ayamnya.
“Gak pa pa, kok. Kamu masuk fakultas apa?”
“Pengennya sih kedokteran. Doain aja ya, moga aja aku keterima!” kata Sony.
“Iya, pasti aku doain”.
 o0_0o
“Acha!” panggil mama Acha dari lantai bawah. “Dicari Rida, nih”
“I…iya, Ma!” Acha sempat kaget mendengar panggilan mamanya dengan suara supersoniknya. Tapi walaupun begitu, mama Acha tetaplah mama yang baik. Namun saat Acha akan membuka pintu kamarnya untuk segera turun, tiba-tiba dia dikejutkan oleh Rida yang sudah berdiri didepannya.
“Iiih, kamu, Da. Ngagetin aja” kata Acha.
Rida langsung menyergap Acha, mendorongnya masuk kamar dan mengunci pintu kamar.
“Ini anak pasti mau mengintrogasi” bati Acha menebak-nebak. Tapi ternyata tebakan Acha gak meleset. Buktinya setelah Rida mendapatkan dan menempatkan Acha pada posisi duduk yang menurutnya nyaman, Rida langsung memberikan pertanyaan yang menjurus kearak interogasi.
“Gimana tadi pagi?” tanya Rida tanpa memperhatikan raut wajah Acha yang kurang suka dengan kedatangan Rida kali ini.
“Fine” Acha menjawab sesingkat mungkin.
“Duuuh…..kok cemberut gitu sih?”
“Habis…..kamu dateng-dateng dah bikin kaget, trus seenaknya aja main dorong”
“Yaaa….maaf deh. Aku kan gak sabar pengen dengerin ceria kamu.
“Cerita apa?” tanya Acha manyun.
“Aaa….gak usah pura-pura dalam perahu deh! Ayo cerita  dong!” rayu Rida sambil menjawil-jawil pinggang Acha sehingga Acha jadi kegelian.
Setelah sore, atau lebih tepatnya setelah Ridapuas mendengar story dari Acha, Rida segera pamit. Sedangkan Acha masih senyam-senyum aja membayangkan kejadian tadi pagi. Dia seperti orang gila saja.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar pintu kamar Acha diketuk.
“Mbak, ada telepon” suara adik kesayangan Acha, Deni, yang memanggil. Deni adalah adik Acha satu-satunya. Selisih usia Acha dan Deni lumayan jauh, yaitu 10 tahun. Acha sangat menyayangi Deni karena Deni adalah adik yang sudah ditunggu-tungggunya selama bertahun-tahun. Mama Acha sebelumnya sempat keguguran dua kali sebelum akhirnya Deni lahir. Maka dari itu Acha sangat menyayangi Deni.
“Dari siapa, Dek?” tanya Acha pada adiknya.
“Dari mbak Rida” jawab Deni.
Acha segera keluar dari kamarnya. Lamunannya tentang Kak Sony yang membuatnya senyam-senyum pun tepaksa dihentikan. Ia gandeng tangan kecil adiknya itu sampai ketempat pesawat telepon itu berada.
“Deni! Selesain dulu makannya!” panggil mama.
“Udah sana, selesain dulu!” Acha ikut memerintah.
“Halo!” sapa Acha.
“Iiihh….kemana aja sih kok lama banget?” kata Rida sewot.
“Ada apa sih? Kamu kan baru aja pulang dari sini. Ada yang ketinggalan?”
“Enggak kok, cuma mo bilang jangan senyam-senyum aja. Ntar dikira gak waras lagi”
“”Yeee….cuma mo ngledek nih? Eh, tapi thanks deh dah ngingetin. Mungkin kalo kamu gak ngingetin, aku masih ketawa-ketiwi sendirian dikamar”
“Ya udah, deh. Aku cuma mo ngomong itu aja kok”
“Udah? Cuma mo ngomong itu?” suara Acha terlihat kaget. “Boros tau gak sih?”
“Biarin. Inikan pulsa aku, suka-suka aku dong. Eh ya, besok ulangan Kimia, jangan lupa belajar! Dah ya. Daaa…”
Tut! Tut! Tut!
Telpon pun terputus. Acha masih senyam-senyum aja. Maklumlah, baru saja beryemu sang idola. Kak Sony, orangnya sih biasa-biasa aja. Gak popular, gak tajir. Tapi cakep ( Itu harus. He…He…He…), baik, sopan, sayang keluarga pula. Phisikly……not bad. Kulit putih, gak terlalupendek dan gak telalu tinggi (Ya…yang sedang-sedang sajalah). Lumayankan?
 o0_0o
 Belajar! Belajar! Belajar!
Itu yang ada dipikiran Acha sekarang ini, sudah bukan Kak Sony lagi. Lagipula soal tentang Kak Sony gak bakal keluar diulangan Kima-nya Pak Jupri, si Killer Master. Acha gak mau nasibnya sama seperti Bandi, yang lembar jawabannyajadi barang rebutan dengan Pak Jupri lantaran Pak Jupri memergoki Bandi lagi membuka hasil kerjanya semalam (Aduuuh….muluk banget bahasanya. Mau bilang contekan aja pake diganti hasil kerja semalem segala).
Duh, dasar sial anak itu. Sudah nyontek ketahuan, namanya diplesetin pula sama anak-anak sekelas. Sebenarnya nama aslinya Eko, tapi karena sifatnya yang sok cewek tapi ya gak cewek banget, walhasil, anak-anak manggil dia ‘Bandi’ alias banci tak jadi.
Bip! Bip! Bip!
Suara handphone Acha berbunyi, tanda ada sebuah pesan yang masuk. Ia raih handphonenya yang ada diatas tempat tidur.

Sender : SonYSwEety
Met malam! Trmakasih y, td sdah tmani ak lari pg

Acha cuma senyam-senyum aja membaca pesan itu (Perasaan dari tadi Acha cuma senyam-senyum aja ya? Maklumlah, namanya juga lagi fall in love). Acha menekan tombol reply.
 To : SonYSwEety
Gpp ko.Aq jg sng bs nmenin U.

Gak beberapa lama Kak Sony sudah membalas pesan itu.

Sender : SonYSwEety
Tau ga’ sih? Baru 1 kali ak lari pg ma cewe’. Biasany ak lari pg ma tmn2ku. Btw lg apa?

ada sesuatu yang aneh yang Acha rasakan saat dia membaca pesan itu. Seperti berbunga-bunga, melayang-layang, dia merasa bagaikan seorang putri saat itu. Saking senangnya, sampai-sampai dia lupa membalas pesan dari Kak Sony hingga ketiduran.
o0_0o
  
MASA LALU

       Plok! Plok! Plok!
          Suara langkah kaki The Killer Master sudah terdengar dari kelas X-2 walaupun jaraknya masih jauh. Anak-anak kelsa X-2 cemas menanti kedatangan sang guru, yang Killer abis dan tiada ampun kalo sampe katahuan curang dalam ngerjain ulangan. Sekarang ini, tidak ada seorang anak yang lolos dari rasa cemas.
          “Selamat siang anak-anak!” sapa Pak Jupri setelah tiba di depan kelas. Sapaan Pak Jupri yang dibuat ramah itu tak membuat murid-murid sedikit tenang, malah tambah bikin dag-dig-dug. Suasana juga bertamabh panas. Apalagi diluar sana matahari bersinar sangat terik.
          Acha yang duduk tepat di depan meja guru, hanya bisa pasrah pada keadaan. Dia akan berusaha mengerjakan sebisanya. Disaat-saat seperti ini, mana bisa kepikiran untuk nyontek. Sial! Gara-gara mimpi candlelight dinner sama Kak Sony, jadi kesiangan deh bangunnya. Biasanya kalo ada ulangan, anak-anak suka berangkat lebih pagi untuk memilih tempat duduk. Lebih sialnya lagi, teman sebangku Acha gak berangkat.
          “Seperti yang sudah kita rencanakan minggu kemarin, hari ini kita ulangan bab Molekul” kata Pak Jupri. Walaupun Pak Jupri sudah bisa dimasukkan kedalam golongan lansia, tapi ingatannya masih tajam lho.
          Tanpa berkata apa-apa lagi Pak Jupri segera membagikan lembar soal dan lembar jawabannya.
Bel tanda pulang berbunyi. Semua anak-anak kelas X-2 lega mendengarnya, setelah sekian lama berada dalam pengawasan Pak Jupri, The Killer Master. Kecuali Bandi, dia tenang-tenag saja dan yakin dengan hasil kerjaannya. Sepertinya dia punya cara baru buat nyontek, nih.
“Acha!” panggil Rida yang baru saja keluar dari kelas. Acha pun berhenti mendengar panggilan itu. “Jahat banget sih, kamu gak mau ngasih aku contekan. Kali ini aku pasrah deh. Berapapun nilaiku, aku terima”
“Emangnya aku gak?” Acha gak terima dengan tuduhan Rida. “Aku sampe puyeng tau gak sih? Ngerjain aja gak bisa, gimana aku mau ngasih contekan ke kamu? Mau aku kasih jawaban salah?”
“Ya enggak sih”
“Mereka berjalan beriringan tanpa sepatah kata pun yang keluar. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Acha masih penasaran dengan jawaban soal ulangan Kimia tadi sedangkan Rida bingung memikirkan perutnya yang lapar.
 “Cha…” panggil Rida tak bertenaga.
“Heh?” kata Acha yang marasa konsentrasinya terganggu.
“Pas ulangan tadi, tenagaku bener-bener habis nih”
“Trus?”
“Ke kantin yuk!” ajak Rida.
Acha terlihat masih berpikir. “Tapi aku ditraktir ya! Lagi bokek nih”
“Boleh” entah dapat energi darimana, tapi tenaga Rida yang tadi tinggal seperseribu joule kini sudah kembali pulih.
 o0_0o
 Secepat kilat Rida menguras makanan yang tadi mereka pesan. Sekarang yang masih tersisa diatas meja hanya piring kotor dan separo gelas berisi milkshake yang sedari tadi diaduk-aduk oleh Rida.
Hari sudah sore, tapi mereka masih enggan untuk pulang kerumah masing-masing dan memilih untuk mengobrol di kantin sekolah.
“Cha….” Rida terlihat sungkan mengutarakan pertanyaannya.
“Ada apa?” tanya Acha.
“Kamu suka Kak Sony?” akhirnya terucap juga pertanyaan itu. Namun Acha kaget mendengar pertanyaan dari Rida.
“Kamu serius sama Kak Sony?” tanya Rida lagi.
“Gak” jawab Acha. Acha terlihat marah saat menjawab pertanyaan itu.
“Sorry Cha, tapi……kamu belum bisa nglupain Nouval?”
“Da, terlalu sulit melupakan apa yang suda Nouval lakukan ma aku. Telalu dalam luka itu, Da. Dan aku pikir semua cowok sama” mata Acha mulai berkaca-kaca saat menjawab pertanyaan Rida. Hingga pada akhirnya Acha tak mampu lagi menampung airmatanya yang sudah menggenang dipelupuk matanya. Dan tangispun meledak.
 o0_0o
 9 bulan yang lalu, adalah bulan pengkhianatan bagi Nouval. Dan orang yang Nouval khianati adalah Acha. Acha yang beberapa hari terakhir sudah merasa aneh dengan tingkah Nouval, akhirnya diputuskan juga oleh Nouval.
Acha sangat terluka saat itu. Apalagi yang melukainya adalah Nouval orang yang selama ini sangat Acha sayangi yang notabene adalah pacar pertama Acha. Dan luka itu lebih terasa sakit lagi saat Acha tau alasan mengapa Nouval secara sepihak talah memutuskan Acha.
“Maaf Cha, aku gak suka ma kamu” kata Nouval dengan suara yang datar.
“Kenapa, Val?” tanya Acha dengan airmata yang sudah meleleh dari tadi.
“Aku dah punya pacar, Cha”
“Pacarmu itu aku kan?” Acha seperti terlihat memohon. Ia pegang erat-erat tangan Nouval.
“Bukan Cha, bukan kamu. Ada orang lain dihati aku. Bukan kamu” Nouval berusaha melepaskan tanganya dari ganggaman Acha.
“Bohong! Kamu pasti bohong. Sekarang bilang ke aku, kalo kamu cuma bohong” pinta Acha. Air matanya benar-benar tekuras. Namun Nouval hanya diam. “Cepet, Val! Bilang!”
“Sorry, Cha, aku harus pergi” kata Nouval ketus saat dia berhasil melepasakan tangannya dari genggaman Acha. Sedangkan Acha hanya bisa menangis.
“Nouval pembohong! Aku benci Nouval! Aku benci semua cowok!” teriak Acha saat itu. Dan semua itu masih terngiang-ngiang di kepala Acha. Memory yang takkan pernah Acha hapus selamanya.
 o0_0o

TANPA  PAMIT

          Sender : ACHA
Hai, pkbr? Oia, hr  ni pngmuman msk unvrstas kan? Ktrma g?

Pesan itu hanya dapat Sony pandangi dari tadi. Dia tak mampu untuk membalasnya.
Pintu kamar terbuka, ayah Sony muncul dari balik pintu.
“Ada apa, Ayah?” tanya Sony.
Ayah Sony duduk disamping Sony. “Sony, kamu harus memilih mana yang menjadi keputusan kamu” ayah Sony menasehati. “Ini adalah masa depan kamu. Kamu harus bisa memilih”
“Tapi Sony gak bisa ninggalin tempat ini”
“Itu semua terserah kamu. Ayah gak maksa” kata ayah Sony bijak.
“Memangnya kapan rencana ayah itu?”
“Besok” jawab ayah.
“Besok?” Sony tak mengira rencana ayahnya secepat itu. “Tapi besok Sony ada janji”
 o0_0o
 Tau gak seeh? Usut punya usut, hari ini Acha udah bikin janji ma Kak Sony (Cie…Cie…Ciieee….). Malam ini Acha ngundang Kak Sony buat dinner bareng keluarga Acha.
Pulang sekolah, Acha yang dijemput mamanya mampir ke swalayan untuk belanja bahan-bahan yang akan dimasak nanti. Sampai dirumah, ganti baju langsung terjun ke dapur. Pokoknya hari ini Acha semangat banget deh.
Setelah waktu menunjukkan pukul 18.00, berarti 2 jam sudah Acha bermain-main di dapur. Keadaan dapur yang tadinya bersih, rapi dan mengkilat kini jadi semrawut dan acak-acakan. Piring, gelas, sendok, wajan, dan semua perabot kotor tercecer diseluruh dapur. Mama Acha cuma bisa geleng-geleng kepala melihat kesibukan anak sulungnya.
“Ma, udah jam 6 nih. Bentar lagi Kak Sony dateng. Acha mandi dulu ya” kata Acha terburu-buru sambil melepas celemek yang dari tadi dipakai.
“Eh, Ma, tolong mama yang beresin ya” rayu Acha pada mamanya.
Akhirnya Acha sudah berdandan rapi dan masakan telah tersaji diatas meja makan. Papa, mama, dan Deni juga sudah mengenakan pakaian terbaik mereka. Hanya tinggal menunggu Kak Sony saja.
“Acha mau nunggu Kak Sony di depan ya” kata Acha sambil berlari kedepan.
Ditunggunya Kak Sony di teras depan rumah. Sambil mengutak-atik handphone-nya. Dia buka album foto yang ada di handphone-nya itu. Dipandangi foto-foto Kak Sony yang diambil hari Selasa lalu, saat Kak Sony datang ke sekolah. Waktu itu Acha sempat ngobrol sebentar dengan Kak Sony.
“Kak Sony!” sapa Acha saat melihat Kak Sony sedang duduk sendirian sambil membaca Koran di perpustakaan.
“Eh, Acha. Sedang apa?” kata Kak Sony sambil menutup koran yang tadi dibaca.
“Cari buku Ekonomi. Soalnya ada tugas dari Bu Darti”
“Ooo…” Kak Sony hanya ber-o saat mendengar jawaban dari Acha dan kembali membaca koran itu lagi.
 Namun Acha mengurungkan niatnya. Ia menarik kursi yang ada disamping Kak Sony. Dia keluarkan handphone-nya.
“Kak!” panggil Acha. Kak Sony pun menoleh.
Jepret!
Acha mengmabil foto Kak Sony.
“M-ma…maaf, Kak. A-ak..aku gak minta ijin dulu” Acha ketakutan kalo Kak Sony marah.
Kak Sony merebut handphone yang ada ditangan Acha. Acha benar-benar ketakutan saat itu. Dia takut kalo Kak Sony marah dan menghancurkan handphone-nya.
“Sini foto bareng aja!” kata Sony tak dapat diduga.
Acha jadi salting sendiri mendengar ajakan Kak Sony. Jantungnya seperti berdetak 100 kali per detik (Wuih, gak mungkin banget kalee). Entahlah, Acha masih belum percaya dirinya berfoto bareng dengan Kak Sony. Apalagi Kak Sony memeluk pundak Acha saat foto tadi.
“Nih” Kak Sony menyerahkan kembali handphone Acha.
“Makasih” kata Acha.
“Sony!” panggil seseorang dari luar ruang perpuatakaan. Sepetinya orang itu teman Kak Sony.
“Udah dulu ya, Cha. Thanks dah foto bareng” kata Kak Sony.
Kak Sony hampir beranjak pergi, tapi Acha memanggilnya kembali. “Kak, kamis malam ada acara gak?”
Kak Sony terlihat seperti sedang membuka agenda di kepalanya.
“Gak ada” jawab Kak Sony akhirnya. “Ada apa?”
“E…e…mama sama papa ngundang Kak Sony untuk makan malam dirumah” jawab Acha asal. Padahal Acha sendiri yang ngudang Kak Sony. Kak Sony hanya menjawab dengan senyuman dan anggukan kepalanya lalu pergi.
Selain foto yang Acha ambil di perpustakaan itu, ada juga foto yang Acha ambil secara diam-diam saat dulu Acha belum berani memperkenalkan diri pada Kak Sony.
o0_0o
“Kak! Kak Acha!” suara kecil itu mencoba berusaha membengunkan Acha. “Bangun, Kak!”
Sedikit demi sedikit Acha berusaha membuka matanya.
“Huuaaa…..” Acha menguap. “Deni”
Sepertinya bukan baju ini yang tadi Deni pakai, pikir Acha. Dia tidak sadar kalo tadi dia tadi ketiduran di teras saat menunggu Kak Sony.
“Ini sudah malam, Kak” kata Deni dengan suaranya yang terdengar mengantuk.
“Maaf sayang, tadi kami sudah makan duluan” kata mama yang baru keluar dari dalam rumah. Baju mama pun sudah berganti dengan baju tidur.
“Kak Sony sudah pulang dong?” tanya Acha.
“Kak Sony gak datang, Kak” pertanyaan itu Deni yang menjawab. “Itu ya, Kak Sony yang kakak maksud?” gantian Deni yang bertanya sambil mengamati gambar pada layar handphone Acha.
 Acha hanya manjawab dengan senyaman. Walapun Acha dapat memperlihatkan senyumnya pada Deni, tapi tak dapat ia sembunyikan kekecewaannya pada Kak Sony.
“Ya udah, kita tidur yuk!” ajak Acha pada mama dan adiknya.
“Kamu gak makan dulu? Dari sepulang sekolah kamu kan belum makan” kata mama.
“Acha gak laper kok” jawab Acha. Setelah itu Acha pergi ke kamarnya.
Sampai dikamarnya, Acha mengunci pintu kamarnya dan duduk didepan meja belajarnya. Melihat secarik kertas didepannya, Acha jadi ingin menuliskan sesuatu. Ia mangambil pulpen dari dalam kotak pensilnya.

Diri ini…
Gundah, resah, dan gelisah tanpamu
Marah saat kau ingkari janjimu
Merindumu saat kau tak disampingku

Cinta ini bersemi karenamu
Dunia ini indah karena kehadiranmu
Bahagiaku karena senyum manismu
Serasa melayang karena kau peluk tubuhku

Benarkah?
Bahwa cinta melukai dan juga mengobati
Benarkah?
Kau telah kembalikan kepercayaanku pada cinta sejati
Benarkah?
Dirimu yang aku nanti

o0_0o
          Pukul 4 pagi, Sony berserta orangtuanya sampai di rumah tantenya di Surabaya. Kemarin petang mereka berangkat ke Surabaya dengan menggunakan kereta. Tujuan mereka ke Surabaya adalah untuk mengunjungi tantenya dan Rendi, kakak Sony, yang sedang kuliah di Surabaya. Namun tujuan sebenarnya mereka datang ke Surabaya adalah untuk mengurus pendaftaran dan administrasi kuliah Sony.
          “Heh! Nglamun ya?” tegur Rendi yang telah membuyarkan lamunan Sony. “Ntar kesambet lho” godanya lagi.
Sony hanya diam. Dia tidak marah pada Rendi yang sudah membuyarkan lamunannya.
“Ada apa sih? Kangen ya?” tanya Rendi mulai serius. “Udahlah, dia pasti ngertilah. Ini kan demi masa depan kamu”
“Masalahnya dia tidak tau kalo aku pergi ke Surabaya. Apalagi pada malam aku pergi ke Surabaya, aku udah janji ma dia mau makan malam bareng. Di pasti nunggu aku. Di pasti kecewa ma aku” cerita Sony pada kakaknya.
“Kamu serius sama cewek itu?”
“Entahlah” jawab Sony singkat setelah itu meninggalkan Rendi sendirian di ruang tamu.
Sony pergi keluar rumah. Tapi tak tau kemana dia pergi, tempat apa yang akan dia tuju. Ia hanya mengikuti langkah kakinya. Sementara kakinya membawa membawa ketempat yang tidak Sony ketahui, pikirannya masih saja memikirkan Acha. Sony takut kalo Acha kecewa akan dirinya, Sony takut Acha marah, Sony takut kehilangan Acha.
Ternyata kaki Sony memebawanya ke sebuah taman kota. Disana banyak orang yang sudah memulai aktivitas hari ini. Ada yang membuka warungnya di sekitar taman kota, ada yang hanya sekedar lewat untuk pergi ke sekolah, kantor, maupun pasar, ada juga beberapa orang yang menyempatkan diri untuk berolahraga pagi di taman ini sebelum mereka pergi bekerja. Melihat orang yang sedang berolahraga, Sony jadi teringat saat dirinya lari pagi bersama Acha.
“Acha….” gumam Sony. Sony duduk sendirian disebuah bangku panjang ditaman itu. Walaupun bibir Sony mengumamkan nama Acha, tapi hati Sony meneriakkan nama Acha. Sony sangat bingung, bagaimana sebenarnya perasaannya pada Acha. Dia juga tak berani memberi tahu Acha tentang keberadaannya di Surabaya. Acha juga tidak mengirim sms atau miscall. “Apa mungkin Acha marah?”
o0_0o
 
CINTA?

          Hari sabtu ini, semua urusan Sony di Surabaya sudah selesai. Dan rencananya sore nanti dia akan kembali. Tapi hanya kembali untuk mengambil barang-barang dan kembali lagi ke Surabaya karena sekarang Sony sudah diterima di salah satu universitas di Surabaya.
Handphone Sony bergetar. Ada sebuah panggilan masuk. Nama Acha tertera dilayar handphone, tapi panggilan itu tak dihiraukan oleh Sony. Bukannya Sony mau dikira cuek, tapi Sony masih bingung dengan perasaannya pada Acha. Tak berapa lama ada sebuah pesan masuk.

Sender : ACHA
Hai, K.Sony! K.Sony kmn ja sih?

Lagi-lagi Sony tak mampu memjawab pesan itu. Sebenarnya perasaan apakah ini? Bukannya Sony belum pernah jatuh cinta. Bukannya Sony tak mengerti apa itu cinta. Tapi Sony tak mau mengecawakan Acha lagi, kalo seandainya Acha tau dia harus tinggal jauh dari Acha. Mungkin karena Sony terlalu sayang pada Acha sehingga dia tak mau mengecewakan Acha.
 o0_0o
 “Kamu udah hubungin Kak Sony belum?” tanya Rida saat Rida main kerumah Acha. Biasalah, setiap hari minggu kayak gini Rida suka main kerumah Acha.
“Sudah. Sejak kemaren aku gak berhenti hubungin Kak Sony. Tapi, tetep aja gak ada balasan dari Kak Sony” jawab Acha apa adanya.
Rida berpikir. “Trus gimana dong?”
Acha hanya menggangkat kedua bahunya, mengsiyaratkan dia tak tau apa yang harus dilakukan.
“Coba deh, kamu hubungin lagi! Siapa tau aja kali ini diangkat ma Kak Sony” saran Rida.
Berkali-kali Acha mencoba untuk menghubungi Kak Sony. Walaupun hasilnya tetap sama saja, nihil. Hingga pada saat Acha putus asa untuk menghubungi Kak Sony tiba-tiba sebuah pesan masuk di handphone Acha.

Sender : SonYSwEety
Maaf, Cha. Ak ga’ blas sms km. Tp skrang ak ingin ktmu ma km. Ak tnggu di p4an dkat rmh mu. Ok?

“Kak Sony!” teriak Acha girang saat membaca pesan itu.
Rida jadi penasaran dengan perubahan sikap temannya yang secara mendadak itu.
“Kenapa sih?” tanya Rida yang penasaran.
“Kak Sony ngajak ketemuan” jawab Acha histeris.
“Ya udah, sana gih! Ntar Kak Sony keburu capek nungguin kamu” perintah Rida.
“Sorry ya, Da. Aku pergi dulu” Acha pergi tanpa berganti baju, hanya pergi dengan menyerobot dompetnya yang ada di atas meja belajarnya.
 o0_0o
Sampai disana Kak Sony sudah menunggu. Kak Sony mengajak Acha untuk ngobrol di warung bubur ayam milik Pak Salim. Dulu ditempat ini mereka makan bubur ayam bareng sepulang dari lari pagi.
“Kak Sony kamana aja sih? Setiap aku telpon kok gak diangkat, kalo ku sms kok gak dibales?” tanya Acha sambil menikmati bubur ayamnya. Acha tidak sadar kalo dari tadi Kak Sony terus saja mengamatinya makan.
“Maaf, Cha, waktu itu aku gak datang” jawaban Kak Sony tidak ada hubungannya dengna pertanyaan Acha.
“Cha…” panggil Kak Sony. Acha yang merasa dirinya dipanggil pun menoleh.
Satu detik….. Dua detik….. Tiga detik…..
Pandangan mereka saling bertemu. Mereka diam seribu bahasa.
“Kak Sony tadi mau bilang apa?” Acha mengembalikan suasana ke keadaan semula.
“Pipi kamu kotor” kata Kak Sony sambil menujuk kearah pipinya sendiri. “Ini, pake tissue ini” Kak Sony memberikan sebuah tissue pada Acha.
“Kak Sony tadi mau bilang apa?” Acha mengulangi pertanyaannya.
Kak Sony mencoba mengingat-ingat  apa yang akan dikatakannya tadi. Tatapan Acha itu membuat Kak Sony hampir saja lupa.
“Oh, ya” Kak Sony telah mengingatnya kambali. “Besok senin aku akan ke Surabaya”
Acha terkejut mendengar apa yang barusan Kak Sony katakan.
“Untuk apa?” tanya Acha mencoba untuk tetap tenang.
“Kuliah”
Acha diam menunggu penjelasan Kak Sony selanjutnya.
“Maaf aku tidak diterima di universitas itu, sehingga aku harus kuliah di luar kota. Kemarin selama dua hari aku berada di Surabaya untuk mengurus pendaftaranku”
“Oh” hanya itu yang dapat Acha ucapkan. Selanjutnya mereka diam sambil menghabiskan sisa bubur ayam masing-masing.
“Tapi besok Kak Sony datangkan ke acara perpisahan anak-anak kelas tiga?” tanya Acha memecah keheningan.
“Aku pasti datang”
Selesai makan Kak Sony mangantarkan Acha pulang dengan sepeda motornya. Ini adalah pertama kalinya Acha dibonceng oleh Kak Sony. Tapi Acha tak tau kapan dia bisa dibonceng oleh Kak Sony lagi? Karena besok Kak Sony akan pergi ke Surabaya.
“Makasih ya, kak!” uacap Acha saat Kak Sony mengantarkan sampai rumah dengan selamat.
“Ya sama-sama”
“Mampir dulu, kak?” Acha menawari.
“Makasih deh. Lain kali aja. Acha…” Kak Sony menggantungkan kalimatnya. “Besok sepulang dari perpisahan anak-ankan kelas tiga, kamu mau kan mengantarkan aku sampai ke stasiun?”
“Iya” Acha hanya menjawab singkat lalu masuk kedalam rumah.
Ya Tuhan, ada apa dengan diri ini? Sebenarnya rasa apakah ini? Kenapa aku takut kehilangan Acha? Apakah ini cinta? tanya Sony dalam hati.
 o0_0o
 
INCIDENT

          Pagi ini seperti biasa, Acha sudah siap untuk berangkat. Walaupun bukan untuk berangkat ke sekolah tapi siap untuk berangkat keacara perpisahan kakak-kakak kelas tiga. Sebenarnya Acha bukan panitia dari acara  ini, Rida yang sebagai panitia, meminta Acha untuk datang lebih awal. Paling-paling juga cuma disuruh buat bantu-bantu. Itu anak kan paling gak bisa lihat tenaga nganggur.
“Deni! Cepetan!’ teriak papa memanggil Deni. Deni keluar dengan tergesa-gesa diikuti oleh mama.
“Deni, rambutnya belum disisir” gantian mama yang meneriaki Deni. Setelah selesai menyisir rambut Deni, seperti biasa mama mencipika-cipika Deni. Pagi ini plus cium di kening.
“Daa……mama!” pamit Deni sembari melambaikan tangannya sambil berlari menuju mobil.
Ketika sedang ada di perjalanan, handphone Acha berbunyi. Sebuah pesan masuk.

Sender : RiDa
 Dah smp mn niy? Dah Q tnnguin low

“Siapa sayang?” tanya papa dalam posisi menyetir.
“Rida. Suruh cepet katanya” jawab Acha.
“Kirain Kak Sony. Orang yang kakak tunggu sampe ketiduran waktu itu” goda Deni.
“Deni….” gelitikan yang mematikan dari Acha pun mendarat dipinggang Deni saat itu juga. Deni yang tidak tahan dengan gelitikan Acha, segera minta ampun pada kakaknya.
“Udah pa, Acha turun disini aja. Papa kan masih harus nganter Deni ke sekolah. Kasiah kalo ntar Deni kesiangan” kata Acha saat mobil mereka sudah sampai didepan sekolah. Papa segera menghentikan mobilnya.
“Nanti di jemput jam berapa?” tanya papa.
“Eee….nanti kalo Acha sudah mau pulang biar Acha calling papa deh” jawab Acha dilanjutkan dengan ritual mencium tangan papanya. Setelah itu Acha cepat-cepat keluar, takut Rida kelamaan nunggu.
“Pa, handphone Kak Acha ketinggalan nih” kata Deni sambil menunjukkan handphone Acha.
“Acha!” panggil papa tanpa keluar dari mobil. Acha berhenti diseberang jalan.
“Biar Deni aja, Pa, yang nganter handphonenya” kata Deni sambil keluar dari mobil. Tanpa menengok kanan-kiri, Deni lari menghampiri kakaknya. Dari jauh ada sebuah mobil box yang melaju dengan kecepatan tinggi, semakin lama mobil itu semakin dekat dengan Deni.
Bruk! Deni terpelanting jauh.
“Deni!” teriak papa dan Acha bersamaan.
 o0_0o
Dengan harap-harap cemas, mama, papa dan Acha menunggu diluar ruang ICU. Sudah satu jam lamanya mereka menunggu tapu belum ada kabar apapun tantang Deni.
Apakah keadaan Deni sangat parah? Acha bertanya-tanya dalam hati. Ingatannya kembali pada kejadian tadi. Dengan waktu yang sangat singkat, mobil box itu telah membuat Deni yang tadinya sehat-sehat saja menjadi tergolek tak berdaya. Darah keluar dari kepalanya, keningnya penuh dengan luka, pipinya memar, dan bajunya pun kotor. Isi kotak makanan yang ia kalungkan, berhamburan kemana-mana. Handphone Acha yang Deni bawa hilang entah kemana karena saat Deni tertabrak mobil box, handphone itu terlepas dari tangan Deni. Tapi Acha tidak memikirkan keberadaan handphonenya yang sekarang ini entah dimana, yang Acha pikirkan adalah Deni yang sejak tadi belum ada kabarnya. Saat mobil box menabrak Deni, Deni langsung pingsan sampai sekarang belum sadar dan masih dalam penanganan para dokter.
Kenapa harus Deni yang mengalaminya? Kenapa tadi bukan aku saja yang menghampiri Deni? Acha manyesal, walaupun penyasalanya itu sudah terlambat. Hanya menangis yang dapat Acha lakukan saat ini sebagai rasa penyasalannya.
Pintu ruang ICU terbuka, seorang dokter keluar dari dalam sana.
“Keluarga Deni?” tanya dokter itu.
“Sekarang keadaan Deni baik-baik saja” Papa, mama, dan Acha sedikit lega mendengar kabar dari dokter. “Tapi…”
“Tapi apa , Dok?” tanya mama ingin segera mendengar kelanjutan dari dokter.
“Tapi ada sedikit masalah” lanjut dokter.
“Apa itu, Dok?” tanya papa penasaran. Acha hanya bisa diam.
“Ada darah yang membeku dikepala Deni. Jadi kami harus melakukan operasi”
“Operasi?” tanya Acha kaget.
“Hanya operasi ringan….” Dokter mencoba memberi penjelasan. Tapi penjelasan dokter itu tak dapat Acha dengar karena tiba-tiba mata Acha berkunang-kunang, kepalanya pusing bagaikan tertimpa batu seberat satu ton, ia terjatuh. Acha pingsan.
 o0_0o
“Rida!” panggil Kak Sony.
“Ya, Kak” Rida menghentikan obrolannya bersama Tika, Lili, Sinta, dan Nike.
“Acha mana?” tanya Kak Sony.
“Gak tau. Dari tadi aku juga gak lihat tuh” jawab Rida. “Memangnya ada apa sih, Kak?”
“Ah, gak pa-pa kok” Kak Sony tidak mengatakan yang sejujurnya. “Ee…begini saja, nanti kalo Acha sudah datang bilang padanya aku sudah di stasiun. Aku tunggu dia disana”
“Baik, Kak” Rida manyanggupi.
Selesai dari perpisahan anak-anak kelas tiga, Sony segera pergi ke stasiun. Dia sendirian menunggu Acha di stasiun. Rasa penasaran membelenggunya, kenapa Acha tidak hadir di acara perpisahan tadi? Apa yang terjadi pada Acha?
Lama Sony menunggu, Acha belum juga datang. Padahal Sony telah yakin bahwa rasa takutnya kehilangan Acha selama ini karena dirinya benar-benar menyayangi Acha. Hari ini sebelum dia pergi, dia ingin mengutarakan perasaannya. Walaupun apapun jawaban Acha takkan membuatnya untuk tetap tinggal. Bagaimanapun jawaban Acha dia akan tetap pergi ke Surabaya. Tapi dia akan pergi untuk kembali.
Yang menjadi pertanyaan, apakah Acha akan datang? Apakah Acha akan mengantar kepergiannya? Apakah Sony bisa mengutarakan perasaannya itu, bagaimanapun jawaban Acha nanti? Semua itu belum bisa terjawab.
 o0_0o
 Sementara Sony menunggu kedatangan Acha, justru Acha sedang terbaring pingsan karena shock mendengar kabar bahwa adik satu-satunya yang dia sayangi harus di operasi. Perlahan Acha mulai membuka matanya. Di lihatnya keadaan disekelilingnya. Dia sedang berada di ruang rawat di rumah sakit itu.
“Kamu sudah sadar, sayang?” tanya mama yang sedari tadi menunggui Acha.
“Deni gimana, Ma?” tanya Acha yang langsung teringat pada adiknya.
“Deni sedang di operasi. Dia pasti baik-baik saja. Kita doakan yang terbaik ya buat Deni!” kata mama pelan.
“Sekarang jam barapa, Ma?”
“Jam 3” jawab mama sambil melihat jam di tangannya.
“Kak Sony” Acha teringat janjinya pada Kak Sony.
“Ada apa dengan Kak Sony?” tanya mama ingin tau.
“Acha ada janji sama Kak Sony, Ma. Acha mau nganter Kak Sony ke stasiun” tiba-tiba airmata Acha menetes.
Mama memeluk Acha dengan penuh kasih sayang. “Acha sayang Kak Sony?” tanya mama yang sepertinya menginginkan kejujuran dari anaknya itu.
Acha mengangguk. “Acha akan kehilangan Kak Sony, Ma. Kak Sony mau pergi ke Surabaya. Acha gak bisa lihat Kak Sony lagi”
Pelukan mama semakin erat. Tangisan Acha penuh dengan penyesalan. Menyesal karena mengingkari janjinya pada Kak Sony dan menyesal karena telah membuat Deni harus di operasi.
 o0_0o
 “Lho, kok sendirian?” tanya Sony saat melihat Rida menghampirinya tanpa Acha.
“Aku ke sini cuma mau bilang, kalo Acha juga gak datang ke acara perpisahan, Kak. Tadi aku juga udah coba hubungin handphone-nya tapi gak bisa” Rida menyampaikan maksud kedatangannya.
Mereka diam, terhanyut kedalam pikiran masing-masing. Walaupun mereka sama-sama memikirkan keberadaan Acha.
Kak Sony mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Itu adalah surat yang tadi sempat ia tulis untuk Acha kalo seandainya Acha tidak datang. Dan keyataannya Acha benar-benar tidak datang.
“Aku titip ini untuk Acha” kata Kak Sony seraya menyerahkan surat itu.
“Aku harus pergi sekarang, Da” pamit Kak Sony. Sebenarnya bukan ini yang Sony harapkan. Bukan berpamitan pada Rida yang Sony inginkan. Dia ingin berpamitan pada Acha dan menjanjikan kepulangannya juga meminta Acha untuk menunggu kepulangannya itu. Namun semua itu takkan terjadi, selamanya. Sony sendiri tidak tau kapan dia dapat kembali lagi untuk bisa bertemu dengan Acha.
Setelah Kak Sony pergi Rida juga pergi dari tempat itu. Rida pulang, tapi sebelum pulang rencananya dia akan mampir kerumah Acha untuk menyampaikan surat dari Kak Sony. Sekalian dia mau memaki-maki Acha kenapa dia tidak datang untuk membantu-bantu di acara perpisahan tadi dan kenapa Acha sudah melewatkan kesempatan terkhirnya bersama Kak Sony?
Rida menunggu bus di depan stasiun. Bus yang menuju rumah Acha adalah bus jalur 17. Biasalah, nunggu bus itu harus dengan kesabaran yang full tank. Udah nunggunya lama, ntar masuknya dengan berjejal-jejalan penuh sesak.
Lama Rida menunggu bus jalur 17, akhirnya bus yang ditunggu datang juga. Seperti yang telah diduga, orang-orang banyak yang berebut ingin masuk duluan sehingga Rida hanya bisa berdiri didepan pintu saja. Tanpa Rida sadari, saat dia berjejalan penuh sesak untuk masuk kedalam bus, surat titipan Kak Sony untuk Acha terjatuh.
 o0_0o

FOREVER WITHOUT YOU

Dear Acha

Acha…..
Dirimu bagaikan secercah cahaya bagiku. Aku sempat bingung karenamu. Cintakah aku padamu? Berhari-hari hanya kugunakan waktuku untuk memikirkan pertanyaanku itu. Tapi kini kutahu jawabnya. Aku cinta padamu.

Acha…..
Saat kau baca surat ini, aku sudah pergi. Aku pergi ke Surabaya seperti rencanaku yang sudah aku katakan padamu kemarin. Dan kemarin, aku memintamu untuk datang mengantarkan kepergianku….. tapi kenapa kau tak datang? Aku lama menunggu tapi aku takkan lelah menunggu. Namun akhirnya kau tak datang.

Sedikit kecewa hati ini. Tapi aku juga pernah mengecewakanmu. Apa ini pembalasan darimu? Aku tak mau berpikir yang bukan-bukan tentangmu. Aku yakin kau berniat untuk datang. Dan mungkin ada sesuatu yang menjadi penghalang sehingga kau tak datang.

Sebenarnya inginku utarakan perasaanku padamu. Sebenarnya inginku jujur padamu. Sebenarnya kaulah yang aku sayangi, kaulah yang setulusnya aku cintai. Dengan surat ini aku ingin memintamu untuk menjadi milikku.

Namun sayangnya aku harus pergi untuk melanjutkan kuliah di Surabaya. Tak tahu kapan kita bisa bertemu lagi? Terimakasih kau telah membuat hariku semakin berwarna. Namun sayangnya mulai sekarang aku harus…..
FOREVER WITHOUT YOU……

                                                          Yang akan selalu menyayangimu

                                                                                                Sony

Tidak ada komentar:

Posting Komentar