Jumat, 28 Januari 2011

Cinta Nadya


Ini adalah cerpen yang saya tulis saat saya duduk di bangku kelas 3 SMP
****************************************************************************************
Nadya adalah seorang cewek yang pendiam tapi kalo udah ama Meila, temennya, ramenya nggak ketulungan. Nadya adalah anak kelas 3 SMP. Oh ya dia lagi naksir ama tetangganya. Nama cowok itu adalah Devin, orangnya ramah, baek, dan nggak lupa Devin itu cakepnya selangit.
Meila adalah sasaran Nadya kalo dia lagi ada problem, dan dengan senang hati Meila ngasih saran. Saran-saran Meila itu selalu ngena dan masuk akal, Nadya langsung tentram kalo udah dapat sarannya Meila.
Suatu hari Nadya curhat ma Meila,”Mel, ternyata Kak Devin cuma…” Nadya berhenti sejenak untuk menangis. “Cuma nganggap gue adik. Huu… huu…” Nadya kembali meneruskan tangisnya. Mereka emang mangil Devin ‘Kak’, karena Devin 2 tahun lebih tua dari mereka. Devin sekarang dah kelas 2 SMA.
“Ya udah nggak papa, masih ada kok cowok yang laen,” saran Meila.
Nadya menghapus air mata dan ingusnya yang ndlewer, untung di kelas lagi sepi. “Siapa?” Tanya Nadya.
“Up to you!” kata Meila sambil mengangkat kedua tangannya.
“Eee…” Nadya berpikir. “Paundra?”

#####*****#####

Hari berganti hari, Nadya mulai melupakan Kak Devin. Pedekate dengan Paundra pun dimulailah.
“Teman-teman kita dapat tugas dari guru Bahasa Indonesia untuk membuat KIR (Karya Ilmiah Remaja). Kita buatnya beregu, kelas ini di bagi jadi sepuluh regu. Jadi, setiap regu empat orang. Mengerti teman-teman?” kata Wita si ketua kelas panjang lebar.
Keadaan kelas pun jadi gaduh, riuh, kayak kapal pecah. Mereka memilih-milih siapa yang akan jadi kelompok mereka?
“Gimana nih, La?” Tanya Nadya pada Meila. “Siapa dua calon anggota kita?”
“Gimana kalo…..Paundra ama Kevin?” kata Meila balas tanya.
“Ah, nggak, ah” jawab Nadya kurang setuju.
“Eee….permisi” sapa sesorang dari belakang. Nadya dan Meila menoleh. “Hei, Nad! Mei!” ternyata itu adalah Kevin. “Boleh nggak gue ma Paundra gabung ma kalian? Kata Puri tinggal kalian yang belum dapat kelompok. Please gue mohon!” pinta Kevin.
Meila menyengol pundak Nadya dan berbisik, “Kesempatan, lho! Gimana?”
“Ya, deh” jawab Nadya singkat, pelan, dan ragu.
“Thanks, ya!” kata Kevin. “Ndra dapet!” Kevin berteriak.

#####*****#####

Di hari minggu yang cerah ini, mereka janjian mau ngerjakan KIR itu di rumahnya Meila. Jam 9 pagi Kevin dan Paundra menghampiri Nadya, karena mereka belum tau jalan ke rumahnya Meila. Mereka dateng dengan motor masing-masing.
“Gimana ya?” tanya Nadya pada tamunya tiba-tiba.
“Gimana… Maksud lo?” tanya Kevin nggak ngerti.
“Gue nggak ada kendaraan,” kata Nadya pelan. Kevin dan Paundra saling berpandangan. “Gue nebeng lo ya, Vin?”
“Ee….Paundra aja, deh,” Paundra membelalakan matanya tajam-tajam pada Kevin. Kevin pun menjadi ciut. “Ya, deh. Yuk!” ajak Kevin. Tapi entah kenapa motor Kevin nggak mau nyala. Pundra menatap Kevin bingung. “Napa, Vin?” tanya Paundra akhirnya bersuara.
“Mogok” jawab Kevin singkat. Nadya turun dari boncengan, berharap setelah dia turun si motor mau nurut dan hidup lagi.
“Kalian duluan, deh!” kata Kevin. Paundra kembali mendelik menakutkan. “HAH!?” seru Nadya. “Gue jalan kaki, gitu?”
“Ya enggak. Elo mbonceng Paundra. Gimana, Ndra? Ntar gue nyusul deh. Nggak lama kok, paling juga cuma bentar.” kata Kevin.
“Kalo cuma bentar di tunggu aja.” kata Paundra.
“Ah, udah sana! Tinggal aja, nggak papa kok,” Kevin menolak.
Paundra menghela napas pajang, “Ya udah lah.”
“Bener, nih? Nggak papa di tinggal?” Nadya menyakinkan. “Kalo gitu gue tinggal ya?”

#####*****#####

Hari senin berikutnya tugas mereka belum kelar. Gimana mau kelar? Kerjaan Nadya ma Paundra cuma pandang-pandangan. Tapi walaupun begitu, akhirnya mereka dapat mengumpulkan tugas dua hari kemudian, yaitu pada hari rabu.
Paundra akhir-akhir ini jadi aneh, dia jadi sering ngelamun. Nadya juga, dia jadi sering memperhatikan Paundra.
“Bener nih Paundra yang jadi penggantinya Kak Devin?” goda Meila.
“Sapa bilang?” jawab Nadya malu-malu.
“Ah, ngaku aja!” paksa Meila. “Kevin pernah ngomong ke aku, kalo sebenarnya Paundra itu suka ma kamu. Tapi dianya malu. Lo aja deh yang mulai!” saran Meila.

#####*****#####

Hari berganti hari, Nadya tetep nggak bisa nglupain ucapan Meila, Elo aja deh yang mulai. Hingga pada akhirnya Nadya memutuskan untuk nembak si Paundra.
Hari selasa sepulang sekolah Nadya ngungkapin perasaannya ke Paundra, dan Paundra menerimanya. Duuuh….. senengnya……. Walaupun sebelumnya Paundra sempet nanya ke Nadya tentang: Apa Nadya dah punya cowok? Apa ada cowok yang lagi ditaksir Nadya? Dan apa ada cowok yang naksir Nadya? Dengan mudah dan tanpa beban Nadya menjawab “tidak”. Karena toh Nadya dah nglupain Kak Devin.

#####*****#####

Suatu sore Devin ama Deni lagi main kerumah Naila. Deni adalah tetangga Devin, jadi tetangganya Nadya juga. Sedangkan Naila adalah teman semasa SMP nya Devin dan Deni.
“Gimana kabar lo, Na? Ngomong-omong lo dah punya cowok belom?” kata Deni membuka pembicaraan.
“Gue? Udah dong. Elo?” jawab Naila.
“Cewek gue? Wah, nggak bisa di itung.” kata Deni tanpa dipikir dulu.
“Nah, elo, Dev?” tanya Naila pada Devin.
“Baik-baik” jawab Devin polos sambil manggut-manggut.
“Maksud gue, elo dah punya cewek belom?” Naila menerangkan isi pertanyaannya tadi. Devin hanya melongo.
“Ah, Devin itu cocoknya ama Nadya aja” kata Deni ngasal.
“Jam segini dia pasti lagi nonton TV” kata Devin.
“Hah!?” seru Deni dan Naila serempak. “Kok lo nyampe hafal gitu?” tanya Naila heran.
Ternyata disengaja atau tidak, setiap ada waktu luang Devin pasti sepeda-sepedaan lewat depan rumahnya Nadya. Dan tanpa disadari Devin telah mengawasi Nadya setiap harinya.
“Lo suka? Ya, udah pacarin aja!” spontan saran itu keluar dari mulut Deni.

#####*****#####

Waktu terus berjalan. Detik, menit, jam, hari terus berganti. Tanpa terasa waktu sudah mendekati ujian. Anak-anak kelas 3, semua pada sibuk untuk prepare ujian akhir nanti. Les disekolah pun jadwalnya ditambah. Nadya dan Meila si anak-anak rajin itu nggak pernah absen dari jadwal les. Mereka selalu mengikuti les seperti jadwal, demi menginginkan masuk sekolah favorit. Les diadakan setiap 3 kali seminggu, yaitu hari selasa, kamis, dan sabtu.
Dan dihari sabtu ini nggak seperti biasanya, mami-papi Nadya telat jemputnya. Pasti lagi siap-siap buat arisan besok, tebak Nadya dalam hati. Sudah sejak 15 menit yang lalu Nadya menunggu jemputan dan tentu saja ditemani oleh kekasihnya tercinta, Paundra.
Sementara itu Devin lagi sepeda-sepedaan lewat depan rumah Nadya. Kok, belum pulang ya? batin Devin bertanya-tanya. Lalu Devin menghampiri papinya Nadya yang lagi beres-beres didepan rumahnya.
“Sore, Om!” sapa Devin. Papi Nadya diam saja. “Nadya belum pulang, Om?” tanya Devin lagi. Papi Nadya masih diam. “Om dan tante sibuk, ya?” tanya Devin sekali lagi.
“He-eh” jawab papi Nadya singkat tanpa menengok Devin.
“Boleh, saya yang jemput Nadya, Om?” tanya Devin gemetaran.
Papi Nadya berbalik “Ya, sana! Tapi cepat, ya!”
“Yeah!” seru Devin.”Baik om, saya akan segera jemput Nadya,” Devin segera pulang mengambil motornya tak lupa dandan yang rapi dan wangi.
Sampai disekolahnya Nadya, Devin menemukan Nadya lagi ngobrol dengan seseorang. Ah, mungkin yang mereka bicarakan penting, pikir Devin. Lalu Devin menunggu Nadya dari kejauhan. Tapi 20 menit kemudian kesabarannya hilang sudah, lalu dia menghampiri Nadya. Lagi pula tadi dia sudah janji ama papinya Nadya, akan jemput Nadya segera.
“Hai, Nad!” sapa Devin. Wajah Nadya berubah seketika sedangkan Paundra sepertinya tidak senang dengan kedatangan Devin.
“Hai, Kak!” sapa Nadya ragu.
“Aku anterin pulang, yuk?” ajak Devin.
“Ng……nunggu jenputan” Nadya pun jadi kikuk.
“Kak Devin tadi disuruh papi Nadya buat jemput Nadya, lho?” kata kak Devin. Nadya menoleh ke Paundra seperti minta ijin ke Paundra, walaupun saat itu Paundra udah kayak kebakaran jenggot. “Ya, udah. Sana!” kata Paundra memberi ijin, lalu dia meninggalkan Nadya dan Devin.

#####*****#####

“Meila!!!” teriak Nadya saat bertemu sahabatnya itu senin pagi.
“Napa sih? Menang undian lo?” tanya Meila ngaco.
“Ngawur. Bukan. Kayaknya si Paundra marah deh. Soalnya kemaren ama tadi malam aku sms-in dia, tapi dianya nggak bales,” cerita Nadya.
“Aduuh, Nad, positif thinking aja deh. Mungkin dia lagi nggak ada pulsa,” otak Meila mulai bekerja.
“Lo nggak tau sih. Semua ini gara-gara si Devin sialan itu. Sabtu kemaren pas aku ngobrol ma Paundra dia dateng dan ngajak aku pulang gitu,” terang Nadya.
 “Paundra kayak marah gitu deh,” tambah Nadya lagi.
“Masak?” tanya Meila nggak percaya. Nadya cuma manggut-manggut. “Eh, itu Paundra,” kata Meila sambil menujuk Paundra yang baru aja berangkat. Tapi Paundra acuh saja mendengar panggilan Meila.
“Tuh kan, Paundra marah” kata Nadya menyerah.
Di kelas Nadya mencoba mendekati Paundra dan mencoba umtuk ngajak ngobrol. Tapi entah dimana kunci mulutnya dibuang, sehingga nggak bisa ngerakin mulutnya sedikitpun.
Sepulang sekolah Nadya mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada Paundra. Tapi Paundra nggak perduli, dia masih berjalan lurus menuju parkiran sepeda. Nadya mencoba membarengi jalannya Paundra.
“Ndra, percaya deh, aku nggak ada hubungan apa-apa kok ma Kak Devin,” jelas Nadya.
“Tapi lo pernah suka kan?” tanya Paundra ketus.
“Itu kan dulu,” bantah Nadya.
“Sama aja. Sapa tau sekarang dia suka ma lo,” tebak Paundra. Paundra menambah kecepatan jalannya.
“Ndra!” panggil Nadya, tapi Paundra acuh saja.

#####*****#####

Seperti biasanya Nadya langsung ngadu ma Meila. Dan seprti biasa saran Meila masuk akal. “Ya udah, nggak papa. Sekarang lo fokus dulu ke ujian. OK! Biarin aja dia tenang dulu. Ntar, kalo dia dah capek marahnya, dia sendiri kok yang ngalah.”
“Iya. Tapi aku sayang banget ma Paundra,” kata Nadya melas.
“Gue tau.”

#####*****#####

Dua minggu setelah ujian berakhir…..
Anak-anak kelas tiga sudah tidak diwajibkan lagi untuk masuk sekolah. Jadi, kesempatan Nadya buat ketemu Paundra pun jadi berkurang. Walaupun begitu frekuensi pertemuan antara Nadya dan Meila no problem dah. Suatu hari, Nadya kepikiran dateng kerumahnya Paundra, buat nanyain ada apa kah gerangan? Tapi Meilanya ogah nemenin. Ya udah, nggak jadi deh.

#####*****#####

Sore hari di kamar sendiri, sepi. Sedari tadi sms-in Paundra, miss call-in Paundra tapi nggak ada balasan. Nadya jadi bete sendirian. Udah satu jam dia tungguin itu handphone, dia elus-elus itu handphone tapi balasan Paundra nggak muncul-muncul juga. Lalu dia mencoba meng-sms kak Devin.

kak, aku sndirian nih
Options          Back

 Lalu Nadya menekan tombol ‘Options’ dan ‘Send’. Tak beberapa lama balasan dari kak Devin muncul.

ka2k tmnin mau gak?
  Options        Back



THE  END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar